Google

Tuesday, April 22, 2008

Hepatitis Autoimun

( Hepatitis Karena Gangguan Kekebalan ) Hepatitis autoimun merupakan keadaan yang kronis. Menyebabkan kerusakan jaringan hati yang parah ( karena adanya antibodi yang menyerang dan menghancurkan sel-sel hati ) disertai peradangan yang cenderung berkembang menjadi sirosis dan akhirnya menyebabkan kegagalan fungsi hati. Jika kasusnya berat dan tidak diobati maka, kematian terjadi dalam waktu 6 bulan pada 40 % kasus ini. Mereka yang memiliki cacat bawaan pada sistem kekebalan tubuhnya dapat mengalami hepatitis autoimun yang dipicu oleh bahan-bahan kimia atau virus. Bahan-bahan kimia dan virus merupakan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada keadaan ini, sistem kekebalan penderita bereaksi tidak normal terhadap zat-zat kimia dan virus, akibatnya reaksi kekebalan yang timbul rusak sehingga terjadi penyerangan terhadap sel-sel hati sendiri.

Bagaimana Gejala-Gejala Yang Ditimbulkannya ?

Gejala yang ditimbulkannya mirip dengan gejala hepatitis virus kronis. Gejala yang timbul perlahan-lahan atau mendadak tiba-tiba yang awalnya mirip hepatitis akut. Hepatitis autoimun ini terbagi atas beberapa kelompok yang berbeda :

  • Hepatitis autoimun tipe I, mirip penyakit lupus. Pada pemeriksaan darah ditemukan ANA dan peningkatan kadar globulin. Sering dijumpai pada wanita muda hingga usia pertengahan dengan keluhan lesu, hilangnya nafsu makan, jerawat, nyeri sendi dan kuning.
  • Hepatitis autoimun tipe II, biasanya pada anak-anak dan sering dijumpai pada penduduk di daerah Mediterania. Pada kelainan tipe ini, dijumpai anti-LKM antibodi pada tubuh penderita. Hepatitis autoimun tipe II terbagi lagi atas 2 golongan, yang pertama berdasarkan reaksi autoimun ( IIa ) dan yang lainnya ( IIb ) adalah reaksi autoimun yang berkaitan dengan hepatitis C.

    • ( Tipe IIa ) banyak ditemukan pada wanita muda. Pada kelainan ini ditemukan peningkatan kadar globulin di dalam darah penderita dan memberikan respon yang baik terhadap steroid.
    • (Tipe IIb), tipe ini berkaitan dengan infeksi hepatitis C ; cenderung terjadi pada pria-pria berusia lanjut dan sering ditemukan di negara-negara di daerah Mediterania. Pada tipe ini, kadar globulin darah normal dan memberikan respons yang baik terhadap interferon.

Hepatitis autoimun memiliki kecenderungan menimbulkan ciri-ciri yang berbeda pada tiap orang yang menderitanya. Pada mereka yang mengalami gejala ringan, kecil kemungkinannya berkembang menjadi sirosis hati. Pada penderita hepatitis autoimun yang berat, sekitar 40 % penderita mengalami kematian dalam waktu 6 bulan jika tidak diobati. Untungnya, keadaan yang parah hanya terjadi 20 % dari kasus yang terjadi. Penderita yang mengalami hepatitis autoimun yang ringan biasanya akan sembuh spontan. Sedangkan mereka yang mengalami perkembangan menjadi sirosis hati akan menimbulkan komplikasi yang lain yaitu kanker hati.

Bagaimana Mengobatai Hepatitis Autoimun ?

Steroid merupakan obat pilihan utama. Banyak penelitian klinis yang menunjukkan terapi steroid memberikan perbaikan yang besar pada gejala-gejala klinis dan terhadap hasil pemeriksaan darah serta meningkatkan angka keselamatan hidup. Sekitar 8 % pasien yang mendapatkan terapi steroid memberikan respon yang baik, tetapi terapi ini tidak memiliki pengaruh terhadap pencegahan terjadinya sirosis. Tampaknya prednison dipakai luas di kalangan para dokter. Pengobatan lain adalah kombinasi antara prednison dan azatioprin yang memberikan keuntungan besar jika dosis steroid dikurangi; pengurangan dosis steroid akan mengurangi komplikasi yang ditimbulkan karena penggunaan steroid jangka panjang. Bagaimanapun azatioprin sendiri menimbulkan efek samping berupa penekanan pada sistem kekebalan……… Pemberian azatioprin tunggal tanpa kombinasi tidak efektif untuk mencapai kesembuhan. Saat ini pengobatan tersebut efektif dan dianjurkan bagi kasus-kasus hepatitis autoimun yang berat, tidak dianjurkan untuk diberikan pada kasus-kasus yang ringan atau kasus-kasus tanpa gejala.

Terapi akan dilanjutkan kembali paling sedikit 12 hingga 18 bulan setelah beberapa hari hingga beberapa minggu pengobatan. Akan didapatkan perbaikan yang nyata dari gejala-gejala seperti kelesuan, hilangnya nafsu makan dan kuning yang diikuti dengan perubahan hasil pemeriksaan darah ( penurunan kadar serum bilirubin dan globulin serta terjadi peningkatan kadar serum albumin ). Hampir separuh atau 50 % penderita kemungkinan mengalami kekambuhan kembali setelah pemberian steroid dihentikan. Kekambuhan dapat dikurangi atau dikontrol dengan melanjutkan terapi azatioprin. Jika dengan terapi di atas gagal dan terjadi sirosis atau gagal hati, maka pilihan satu-satunya adalah melakukan transplantasi hati.

Article Source : http://www.solusisehat.net/artikel.php?id=580

No comments: