Mati mendadak saat bermain sepakbola atau berolahraga beberapa kali terjadi di kalangan atlet. Apa sebenarnya yang terjadi? Dimana salahnya?
Antonio Puerta telah dikebumikan di
Skor 4-1 telah dibawa pulang Sevilla. Namun, kejadian menyedihkan mengiringi kemenangan para matador lainnya. Kisah berawal saat di menit ke-35, Puerta sedang berlari ke gawang lawan dan terjadi tendangan gawang.
Pria 22 tahun ini tiba-tiba roboh memeluk bumi. Calon ayah ini sempat ditolong oleh tim medis dan sadar lagi. Sayang, di ruang ganti dia kembali pingsan, sehingga mesti buru-buru dibawa ke Rumah Sakit Virgen del Rocio, Sevilla.
Di rumah sakit, kondisinya makin memburuk. Napasnya pun harus ditopang dengan alat bantu dan penstabil tekanan darah. Hyang Kuasa berkata lain. Pria yang sudah 50 kali memperkuat tim Sevilla ini meninggalkan dunia.
Bilik Kanan Bengkak
Dokter jaga Francisco Murillo menyebutkan, Puerta mengalami serangan fatal yang dikenal sebagai arrhythmogenic right ventricular dysplasia (ARVD) atau juga disebut arrhythmogenic right ventricular cardiomyopathy (ARVC). Ringkasnya, Puerta mengalami malafungsi pada bagian jantung kanan bawah. Otopsi memperlihatkan pembesaran bilik jantung kanan. Inilah yang menyebabkan Puerta tidak bisa bertahan lama. Darah tidak bisa terpompa ke paru-paru yang membawa oksigen menuju ke seluruh tubuh sebelum kembali ke jantung lagi.
Bila bilik kanan ini mengalami aritmia (terganggunya ritme jantung), terjadi bahaya besar. Jantung akan terganggu siklus detaknya. Akibatnya persediaan oksigen ke seluruh organ tubuh berhenti. Tak heran, kematian Puerta disertai juga gagalnya organ-organ lain memfungsikan dirinya karena kekurangan oksigen.
Selain Puerta, ada banyak pemain olahraga belia yang mengalami hal sama. Sebut saja Anton Reid, yang meninggal 20 Agustus lalu. Pria 16 tahun ini meninggal saat berlatih bersama klubnya,
Pemain bola lain, semisal Victor Alfonso Guerrero, meninggal 11 April 2006. Pria muda usia 17 tahun ini pingsan saat berlatih bersama tim cadangan klub Kolombia, Envigado, dan meninggal saat dibawa ke rumah sakit.
Marc-Vivien Foe pingsan saat memperkuat Kamerun dalam pertandingan melawan Kolombia di ajang Piala Konfederasi.
David Longhurst, 25 tahun. Striker yang memulai kariernya di tim muda
Tidak Biasa
Risiko-risiko seperti yang dialami para pemain bola, terutama Antonio Puerta ini mesti dilihat dari sudut pandang yang benar. Kita tentu saja mesti berpikir bahwa para pemain ini adalah orang-orang yang profesional di bidangnya. Tidak seperti orang biasa atau suporter yang hanya melakukan pemanasan saat hendak bermain bola. Mereka tentu sudah melakukan latihan yang cukup memadai, sehingga fisiknya siap menjalani seluruh proses pertandingan.
"Ini tidak ada kaitannya dengan fitnes," kata Dr. Craid Panther, spesialis kedokteran olahraga yang bekerja untuk Fulham. "Di belakang semua ini ada masalah jantung yang harus diperhatikan. Sesuatu yang terkait dengan kondisi saat bayi, tumbuh, atau derita akibat virus. Hal ini dapat menyerang siapa saja, tidak hanya para profesional," tambahnya.
Dr. Brian Aarons, mantan dokter klub
Ini adalah keadaan yang sangat jarang. Memang, 400 orang meninggal kelihatannya banyak, tetapi coba pikir berapa banyak yang meninggal setiap hari saat berolahraga. Lebih dari 100.000 orang Inggris meninggal setiap tahunnya karena serangan jantung biasa."
Dr. Francisco Murillo yang sempat menangani Antonio Puerta, menyebutkan, keadaan yang dialami gelandang Spanyol ini sifatnya congenital atau bawaan sejak lahir. Biasanya kondisi ini sulit terdeteksi.
Jantung Tidak Lengkap
Penyakit jantung tidak hanya dialami orang dewasa. Anak-anak, bahkan bayi, bisa mengalaminya. Dokter menyebutnya kelainan atau penyakit jantung bawaan (PJB). Ini merupakan kondisi tidak normalnya struktur jantung sejak bayi seperti tidak lengkap atau beres.
Ketidaklengkapan ini misalnya ruang jantungnya tidak komplet atau ada kebocoran pada sekat bilik atau serambi, juga pada pembuluh.
Menurut Dr.
"Ini adalah masa paling rawan untuk terbentuknya organ jantung. Bisa terjadi organ tidak lengkap atau menyimpang, bocor, terbalik, atau dengan kombinasi cacat lain," papar kepala Divisi Kardiologi Lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair-RSUD Dr. Soetomo,
PJB umumnya dialami seseorang sejak masih bayi sampai meninggalnya. Karena itu, Dr. Dedi Affandi, Sp.J, dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta menyebutnya sebagai penyakit "dari kandungan sampai batu nisan".
"Sekitar 80 persen penyakit ini dibawa anak sejak dalam kandungan, 20 persen lainnya didapat setelah lahir," ujar Dr.
Sulit Terdeteksi
Pendeteksian-dini adanya PJB tidaklah semudah penyakit lain. Dr. Dedi Affandi, Sp.J, menyebutkan di beberapa negara maju hal ini sudah bisa dilakukan secara tepat meski kadang tetap sulit terdeteksi. Selama ini pemeriksaan jantung bayi dalam kandungan baru sampai pada tahap mengetahui kualitas denyut jantung.
Tidak jarang terjadinya PJB baru diketahui sesudah anak mulai menginjak usia remaja Bahkan, Dr. Dedi menyebut bahwa penyakit ini bisa muncul saat usia 20-an atau lebih. Untuk itu, pedu diketahui tanda-tanda atau gejaia PJB.
Gejada-gejala itu bisa tampak dan warna biru atau ungu di baberap bagian tubuh, seperti cuping hidung, bibir, ujung jari, atau kuku saat seorang bayi atau anak menangis. Hal ini terjadi karena adanya pencampuran darah kotor (rendah oksigen) dengan darah bersih (kaya oksigen) akibat kebocoran jantung.
Sumber: Senior
Article Source : http://www.solusisehat.net/artikel.php?id=945
No comments:
Post a Comment