Laki-laki usia lanjut harus mewaspadai risiko terkena Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Laki-laki yang terkena PPJ akan mengalami gejala klinis yang sangat mengganggu, yaitu sumbatan saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS), yang dibedakan menjadi gejala sumbatan (obstruksi) dan iritasi.
Obstruksi, antara lain pancaran kencing melemah hingga tidak dapat kencing sama sekali, buang air kecil harus mengedan, kencing yang terputus-putus dan sebagainya. Sedangkan iritasi, antara lain sering kencing, kencing malam hari lebih dari 2 kali hingga kencing sukar ditahan.
Menurut data di Amerika, lebih dari 50% laki-laki usia di atas 45 tahun dan 90% yang berumur di atas 55 tahun mengalami masalah berkaitan dengan prostat. Berdasarkan hasil otopsi, 20% penderita PPJ terjadi pada usia 41-50 tahun, 50% pada usia 51-60 tahun dan lebih dari 90% pada usia 80 tahun.
Upaya mengatasi PPJ terus dikembangkan dalam dunia kedokteran terutama ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dibandingkan dengan terapi yang tersedia sebelumnya, teknologi minimal invasif yang dikembangkan saat ini lebih efektif dalam menanggulangi PPJ.
“Salah satu terapi jenis ini, yaitu TUNA (TransUrethal Needle Ablation) terbukti efektif dalam mengurangi gejala, mengecilkan volume prostat, meningkatkan kualitas hidup,” ujar dr.Johan Wibowo, Sp.U dari RS Omni Medical Center.
Teknologi minimal invasif dapat diberikan kepada pasien yang tergantung dengan obat-obatan dan pada pasien yang mempunyai risiko tinggi terhadap pembedahan, misalnya: riwayat penyakit jantung, riwayat operasi bypass jantung, riwayat stroke dan lain-lain.
“Saya merasakan berbagai keluhan akibat gangguan prostat pada tahun 2002. Keluhan-keluhan tersebut seperti sering kencing dan terasa tidak tuntas saat kencing, rasanya ada keinginan untuk kencing lagi. Tapi air kencingnya sendiri tidak keluar,” ujar Zainudin (65) mengisahkan pengalamannya.
Hal tersebut berlangsung selama 2 tahun, kemudian Zainudin memeriksakan diri dan selanjutnya ditangani dengan menggunakan terapi TUNA.
"Setelah dilakukan penanganan dengan TUNA, saya sempat mengalami sedikit gangguan atau terasa perih saat kencing karena adanya residu atau gumpalan darah. Namun setelah dilakukan kateter oleh dokter masalah itu hilang," lanjutnya.
Terhitung sejak terapi TUNA tersebut, sampai saat ini berarti telah tiga tahun Zainudin menjalani terapi TUNA. Menurut Zainudin, hingga kini dia tidak mengalami gangguan lagi.
Tentang Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)
Prostat adalah suatu organ kelamin pada laki-laki berupa kelenjar yang terletak di bawah kantung kencing. Besarnya kira-kira sebesar buah kenari dan beratnya pada pria normal lebih kurang 20 gram. Fungsi kelenjar prostat sendiri adalah sebagai penghasil cairan semen (air mani) yang menjaga sperma agar tetap hidup.
Penyebab pembesaran dan faktor risiko PPJ hingga saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti. Namun secara umum, terdapat dua faktor utama yang menyebabkan hal ini, yaitu bertambahnya usia dan berfungsinya sel leydig pada testis sebagai penghasil hormon androgen utama yaitu testosteron.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa faktor usia, genetik, ras, lingkungan dan merokok merupakan faktor risiko PPJ.
Pertama
Pilihan pengobatan dengan obat-obatan sambil menunggu (watchfull waiting) dilakukan dengan observasi secara berkala setiap tiga bulan. Biasanya pilihan pengobatan ini dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan. Penderita dianjurkan untuk dikontrol keluhannya, uroflowmetry serta jumlah sisa kencing setiap tiga bulan, dan jika terjadi perburukan sebaiknya mulai dilakukan pengobatan dengan atau tanpa operasi.
Kedua
Pengobatan invasif atau pembedahan untuk PPJ ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi jaringan prostat. Cara operasi yang dikenal dan sering dilakukan di
Ketiga
pengobatan minimal invasif/tanpa operasi, yaitu TUNA (TransUrethral Needle Ablation) terapi, yang mulai diperkenalkan tahun 1994. Melalui saluran kencing pada alat kelamin pria, jaringan prostat akan disuntik dengan jarum dan peralatan TUNA ini akan memancarkan gelombang radio yang menghasilkan energi panas langsung ke prostat. Energi dan gelombang radio ini akan menghancurkan bagian prostat yang membesar agar saluran kencing terbuka kembali, sehingga pancaran kencing akan kembali normal. Pengobatan yang hanya berlangsung sekitar 30 menit ini dapat dilakukan di poliklinik khusus atau rumah sakit dengan hanya memakai bius lokal yaitu berupa jelly yang dimasukkan ke dalam saluran kencing dan obat penghilang rasa sakit, jika pasien tidak dapat dilakukan pembiusan akibat penyakit-penyakit berat yang dideritanya.
Jika dibandingkan dari ketiga jenis pengobatan pada pembesaran prostat jinak di atas, TUNA terapi merupakan pengobatan yang paling efektif karena tidak memerlukan operasi, aman untuk penderita jantung, paru-paru dan stroke, efektif, memiliki efek samping yang sangat kecil, tidak ada retrograde ejaculation, impotensi dan ngompol.
Tindakan minimal invasif ini dirancang untuk dapat digunakan di klinik atau rumah sakit dengan waktu pengobatan dan pemulihan singkat (biasanya hanya 24 jam setelah pengobatan dilakukan).
Sumber: hanyawanita.com
Article Source : http://www.solusisehat.net/artikel.php?id=946
No comments:
Post a Comment